Rabu, 30 November 2011


Profil Tebu.
Tanaman Tebu (Saccharum Officanarum L) merupakan tanaman perkebunan semusim, yang mempunyai sifat tersendiri, sebab didalam batangnya terdapat zat gula. Tebu termasuk keluarga rumput-rumputan (graminae) seperti halnya padi, glagah, jagung, bambu dan lain-lain.
Daur Kehidupan Tebu
Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase :
1. Fase Perkecambahan
Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.
2. Fase Pertunasan
Dimulai dari umur 5 minggu sampai umur 3,5 bulan.
3.  Fase Pemanjangan Batang
Dimulai pada umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.
4. Fase Kemasakan
Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhanvegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati.Pada fase ini gula didalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal, kurang lebih terjadi pada bulan Agustus, dan setelah itu remdemennya berangsur-angsur menurun. Tahap pemasakan inilah yang disebut dengan tahap penimbunan rendemen gula.
5. Fase Kematian.
Varietas Tebu.
   Varietas tebu pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi 3,yaitu:
 1. Varietas Genjah (masak awal),mencapai masak optimal<12 bulan.
 2. Varietas Sedang (masak tengahan),mencapai masak optimal pada umur 12-14 bulan.
 3. Varietas Dalam (masak akhir),mencapai masak optimal pada umur lebih dari 14 bulan.
Jenis Tebu
Masak Awal (<12 bulan)
Masak Tengah (12-14 bulan)
Masak Akhir (>14 bulan)
BZ 132
PS 57
PS 59
PS 58
PS 56
BZ 148
POJ 3016
PS 41
BL
POJ 2878
PS-86-2
PS-86-10029
PS-88-19432
PS-86-1
          XXX
XXX

          XXX
XXX
XXX
XXX
XXX



XXX


XXX

   Varietas yang diunggulkan saat ini adalah BL, yang mirip dengan varietas POJ-2878.Kedua varietas ini tahan terhadap penyakit mosaic dan tahan blendok, namun BL agak peka pohkabung dan serangan hama penggerek pucuk. Potensi produktivitas varietas BL ini bias mencapai rata-rat 121,4 kuintal gula per hektar dan hasil hablur tertinggi yang bisa dicapai adalah 169,2 kuintal per hektar.
      Dengan varietas BL ini, potensi pada lahan sawah dengan ekologi unggulan, produksi tebu rata-rata 1.504 kuintal per hektar (tertinggi2.093 kuintal), rendemen rata-rata 8,07 persen (tertinggi 8,86 persen) dan produksi hablur rata-rata 121,4 kuintal per hektar (tertinggi 169,2kuintal).
      Ujicoba pada lahan tegal pun menunjukkan hasil tebu rata-rata 1.250 kuintal perhektar (tertinggi 2.112 kuintal), rendemen rata-rata 7,58 persen(tertinggi 8,25 persen), dan hasil hablur rata-rata 97,3 kuintal perhektar (tertinggi 172,3 kuintal).
      Bahkan pada pola keprasan, varietas BL juga menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan. Dari uji coba dihasilkan tebu rata-rata 1.222 kuintal perhektar (tertinggi 2.012 kuintal), rendemen rata-rata 7,81 persen(tertinggi 8,74 persen), dan hasil hablur rata-rata 94,5 kuintal perhektar (tertinggi 152,1 kuintal).
Jenis Lahan
Produksi tebu rata2 (kuintal per hektar)
Rendemen rata-rata
Hasil Hablur rata2 (kuintal per hektar)
Sawah
1.504 (max. 2.093)
8,07 % (max. 8,86 %)
121,4 (max. 169,2)
Tegal
1.250 (max. 2.112)
7,58 % (max. 8,25 %)
97,3 (max.  97,3)
Pola Keprasan
1.222 (max. 2.012)
7,81 % (max. 8,74 %)
94,5 (max. 152,1)

Rendemen Tebu.
   Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %,artinya ialah bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.
Ada 3 macam rendemen, yaitu: rendemen contoh, rendemen sementara, dan rendemen efektif.
1.   Rendemen Contoh
      Rendemen ini merupakan contoh yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum. Dengan kata lain rendemen contah adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan kapan saat tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang memadai.
Rumus:Nilai nira x Faktor rendemen = Rendemen         .

2. Rendemen Sementara
      Perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula, namun sifatnya masih sementara. Hal ini untuk memenuhi ketentuan yang menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai giling namun diberitahu lewat perhitungan rendemen sementara.
      Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan mengambil nira perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk mengetahui berapa besar rendemen sementara tersebut.
Rumus : Rendemen Sementara = Faktor Rendemen x Nilai Nira.
3. Rendemen Efektif
      Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi. Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik gula mempunyai hari giling 170 hari, maka jumlah periode giling adalah 170/15 = 12 periode. Hal ini berarti terdapat 12kali rendemen nyata/efektif yang bisa diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.



     Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelas hanya sebagian kecil saja yang akan menjadi gula. Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 10 % maka hanya 10 kg gula yang didapat dari 1ku intal tebu tersebut.Hal ini dapat dijelaskan sbb;





 





Lokasi dan Kapasitas Pabrik Pengolahan Tebu
di Indonesia, 1998
Jenis Komoditi : Gula Hablur
   
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan
No.
Nama Perusahaan
Lokasi
Kapasitas Volume



(Ton/hari)
SUMATERA UTARA
1
PG. Kwala Madu
Binjai
3.941
2
PG. Sei Semayang
Deli Serdang
3.998
SUMATERA SELATAN
3
PG. Cinta Manis
Ogan Komering Ilir
5.023
LAMPUNG
4
PG. Bunga Mayang
Lampung Utara
5.979
5
PG. Gunung Madu
Lampung Tengah
11.432
6
PG. Gula Putih Mataram
Lampung Tengah
12.124
7
PG. Sweet Indo Lampung
Lampung Utara
10.539
JAWA BARAT
8
PG. Kadipaten
Majalengka
1.171
9
PG. Jatiwangi
Majalengka
1.050
10
PG. Gempol
Cirebon
1.200
11
PG. Sindanglaut
Cirebon
1.780
12
PG. Karang Suwung
Cirebon
1.334
13
PG. Tersana Baru
Cirebon
3.015
14
PG. Jatitujuh
Majalengka
4.045
15
PG. Subang
Subang
2.852
JAWA TENGAH
16
PG. Banjaratma
Brebes
2.000
17
PG. Jatibarang
Brebes
2.000
18
PG. Pangka
Tegal
1.772
19
PG. Sumberharjo
Pemalang
1.798
20
PG. Sragi
Pekalongan
3.184
21
PG. Cepiring
Kendal
1.750
22
PG. Rendeng
Kudus
2.520
23
PG. Mojo
Sragen
2.726
24
PG. Tasikmadu
Karanganyar
3.218
25
PG. Colomadu
Karanganyar
1.300
26
PG. Ceperbaru
Klaten
1.350
27
PG. Gondangbaru
Klaten
1.452
28
PG. Kalibagor
Banyumas
1.250
29
PG. Pakisbaru
Pati
2.765
30
PG. Trangkil
Pati
3.267
D.I. YOGYAKARTA
31
PG. Madukismo
Bantul
3.100
JAWA TIMUR
32
PG. Krian
Sidoarjo
1.500
33
PG. Watutulis
Sidoarjo
2.085
34
PG. Tulangan
Sidoarjo
1.287
35
PG. Krembong
Sidoarjo
1.446
36
PG. Gempolperet
Mojokerto
5.742
37
PG. Jombangbaru
Jombang
2.187
38
PG. Cukir
Jombang
2.897
39
PG. Lestari
Nganjuk
3.529
40
PG. Merican
Kediri
2.515
41
PG. Pesantren Baru
Kediri
5.607
42
PG. Ngadirejo
Kediri
5.615
43
PG. Mojopanggung
Tulungagung
2.521
44
PG. Sudono
Ngawi
2.289
45
PG. Purwodadi
Magetan
1.946
46
PG. Rejosari
Magetan
1.814
47
PG. Pagottan
Madiun
2.084
48
PG. Kanigoro
Madiun
1.729
49
PG. Kedawung
Pasuruan
2.194
50
PG. Wonolangan
Probolinggo
1.199
51
PG. Gending
Probolinggo
1.305
52
PG. Pajarakan
Probolinggo
1.117
53
PG. Jatiroto
Lumajang
5.762
54
PG. Semboro
Jember
4.515
55
PG. Pe Maas
Situbondo
838
56
PG. Wringinanom
Situbondo
1.084
57
PG. Olean
Situbondo
963
58
PG. Panji
Situbondo
1.573
59
PG. Asembagus
Situbondo
2.365
60
PG. Prajekan
Bondowoso
2.532
61
PG. Rejoagung Baru
Malang
3.900
62
PG. Kreber Baru
Malang
7.000
63
PG. Candi
Sidoarjo
1.700
64
PT. Tri Guna Gina
Malang
3.698
KALIMANTAN SELATAN
65
PG. Pelaihari
Tanah Laut
3.862
SULAWESI UTARA
66
PG. Tolangohula
Gorontalo
8.000
SULAWESI SELATAN
67
PG. Bone
Bone
2.194
68
PG. Camming
Bone
2.517
69
PG. Takalar
Takalar
2.842
INDONESIA
212.888









http://www.kppbumn.depkeu.go.id/Industrial_Profile/PK4/Profil%20Tebu-1_files/image078.jpg


http://www.kppbumn.depkeu.go.id/Industrial_Profile/PK4/Profil%20Tebu-1_files/image076.jpg

PERKEMBANGAN PRODUKSI GULA DAN LAHAN TEBU


http://www.kppbumn.depkeu.go.id/Industrial_Profile/PK4/Profil%20Tebu-1_files/image072.jpg,http://www.kppbumn.depkeu.go.id/Industrial_Profile/PK4/Profil%20Tebu-1_files/image074.jpg

TAHUN 1930-2002




PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS GULA DAN LUAS AREAL
TAHUN 1930-2002.
HUN 1930 - 2002






UAN LUAS AREAL
 TAHUN 1930 - 2002







HARGA GULA.
World Raw Sugar Prices

(US c/Kg)
Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
1995
32.50
31.80
32.20
30.20
29.80
30.90
1996
27.60
28.30
28.50
26.40
25.10
26.80
1997
23.60
23.80
24.50
24.90
24.50
24.20
1998
25.40
23.63
21.69
21.34
20.35
17.86
1999
17.88
15.04
13.29
11.95
12.63
13.32
2000
12.41
11.73
11.27
13.25
15.26
18.37
2001
22.75
21.76
20.44
19.39
21.13
19.93
2002
17.13
14.37
14.77
15.19
13.40
12.68
2003
18.06
19.37
18.14




(US c/Kg)
Tahun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
1995
30.00
28.60
25.80
26.00
26.40
27.10
1996
28.20
27.30
26.30
24.50
23.60
23.70
1997
24.74
25.79
24.98
25.09
26.48
27.33
1998
19.01
18.82
15.94
16.45
17.77
17.81
1999
11.86
12.63
14.70
14.88
14.35
13.18
2000
21.25
23.02
22.11
23.70
21.89
22.09
2001
19.38
17.88
16.62
14.97
16.95
17.35
2002
14.09
13.87
15.34
16.56
17.26
17.53
2003







rices

 Ketentuan dan Peraturan Terkait.
1. Instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 1975 tentang Intensifikasi Tebu Rakyat.
2.Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas Nomor :05/SK/Mentan/Bimas/IV/1990 tentang Perubahan Ketentuan Bagi Hasil TebuRakyat yang diolah di Pabrik Gula.
3.Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas Nomor:06/SK/Mentan/Bimas/IV/1990 tentang Pemberian Premi Mutu Tebu Bagi TebuRakyat yang diolah di Pabrik Gula.
4.Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali BimasNomor:07/SK/Mentan/Bimas/IV/1990 tentang Penetapan Harga Tetes BagianPetani Tebu Rakyat yang diolah di Pabrik Gula.
5.  SuratKeputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali BimasNomor:04/SK/Mentan/Bimas/IV/1992 tentang Ketentuan Bagi Hasil TebuRakyat yang diolah di Pabrik Gula.

Di unduh 30 november 2011.